Saya juga sudah mempunyai beberapa ekor ayam: satu jago dan empat indukan dan beberapa ekor ayam anakan.
Setelah dikeluarkan, seekor ayam kate yang jago tersebut langsung mengejar ayam indukan saya. Mau dikawini.
Rupanya, tidak lama kemudian bertemu juga dengan ayam jago saya. Kedua bertarung. Meskipun ayam Kate tadi sangat bernyali, tentu saja jika dilihat dari fisik, keduanya tidak imbang. Ayam jago saya lebih besar badannya dan juga tajinya. Kemudian saya pisah keduanya, takut kenapa-kenapa. Gak enak sama tetangga.
******
Beberapa hari kemudian, saya berkesempatan ngobrol dengan tetangga tersebut. Salah satu pembicaraan basa-basinya bercerita tentang keberadaan ayam kate. Saya bertanya mengapa ayamnya tinggal satu. Dia menjawab, "la mati Abi, lantak belago samo jagok kamu". (Bahasa Palembang: sudah mati Abi, gegara betarung sama jago Abi). Ternyata keduanya bertarung lagi tanpa sepenglihatan saya.
Terjawab sudah, mengapa ayam kate jago itu tidak ada lagi dan kaki ayam jago saya berjalan pincang.
Ternyata berani saja tidak cukup, perlu juga mengetahui kekuatan diri.