Bayi tersenyum (wallpaperscraft.com) |
Setiap hari kita bertemu dengan orang-orang di sekitar kita (ya iya lah). Ada yang suka senyum, ada yang sedang menahan "hajat", dan ada pula yang serius. Jujur, saat bertemu orang lain kita akan menyenangi orang yang ramah dan tersenyum. Dari mana kita mengetahui berbagai sifat tersebut? Hal pertama yang bisa kita ketahui dari wajah dan gesture tubuh.
Ya, kebiasaan yang lazim dilakukan oleh kita saat bertemu dengan orang lain adalah bertatap muka, bersalaman, lalu menanyakan kabar, "Piye kabare, Kang?" "Cak mano kabar Kamu, Mang?" Kadang-kadang disertai pula pelukan. Itu yang lazim.
Selain kelaziman, saya mempunyai pengalaman pribadi terkait bertemu orang lain yang (mungkin) tidak lazim.
Pertama, memandang ke ujung celana
Waktu itu, saya pergi berbelanja ke pasar. Bertemulah saya dengan seseorang (untuk menghindari jeratan UU Informasi dan Transaksi Elektronik, nama tidak saya sebutkan) yang masih terhitung tetangga saya (tetangga RW). Yang saya heran, saat bertemu dengan saya pandangannya kok bukan mengarah ke wajah namun melihat ke arah bawah saya (celana), habis itu dari mimik mukanya kelihatan tidak respect begitu. Entahlah, Ada Apa dengan Celana saya (AADC S)?
Kedua, memandang ke logo pada baju
Beberapa hari yang lalu, saya shalat di sebuah masjid di bilangan Jl. Angkatan 66 Palembang. Saya masbuk 1 rakaat. Saya tidak sendirian masbuknya, ada di sebelah kiri saya yang masbuk 2 dan 3 rakaat. Selesai shalat dan berdzikir, saya bersalaman dengan sebelah kanan dan kiri saya. Saat bersalaman dengan orang di sebelah kiri saya, pandangan beliau bukan mengarah ke wajah namun ke sebelah kiri baju saya. Kebetulan saya memakai baju PDL di mana ada logo "organisasi" di situ. Untungnya saya berjaket, jadi logoya ketutup. Padahal untuk hal seremeh ini kan bisa ditanyakan setelah bersalaman dan saling tatap muka. Dari mana Pak? bagus betul bajunya? Kan enak kalau begitu.
Pertanyaannya, apakah celana dan baju lebih terhormat daripada wajah?
"Janganlah meremehkan sesuatu kebaikan walaupun engkau berjumpa dengan saudaramu dengan wajah berseri-seri.” [Hadits riwayat Muslim]