Notification texts go here Contact Us Get It Now!

Pulau Kemaro: Wisata Budaya di Kota Palembang

Pernah mendengar nama Pulau Kemaro? Jika Anda warga Sumatera Selatan wa bil khusus warga Kota Palembang pasti pernah mendengar, meskipun belum mengunjunginya, termasuk saya. Sudah tiga tahun bermukim di Palembang (semenjak pindah dari Kalimantan Timur) baru kali ini saya dan keluarga mengunjunginya. Mumpung lebaran, saya berniat menghilangkan rasa penasaran.

Pulau Kemaro dengan latar Pagoda, Palembang (kompasiana.com)


Pulau Kemaro terletak di delta Sungai Musi. Penduduk setempat menamakan "Kemaro" (Bhs. Indonesia: Kemarau) karena delta ini selalu kering dan tidak berair. Pulau Kemaro terletak tidak jauh dari PT. PUSRI.

Akses dan Biaya Menuju ke Pulau Kemaro

Pulau Kemaro bisa dijangkau menggunakan transportasi air yang disebut dengan "ketek". Belum ada jembatan yang menghubungkan ke pulau ini. Kita bisa menggunakan jasa ketek di dua tempat. Pertama, di dermaga dekat Pasar 16 Ilir, bawah Jembatan Ampera. Kedua, di Lorong Syailendra, Plaju, dekat Komperta Bagus Kuning. Jika kita membawa sepeda motor, di ujung lorong terdapat tempat parkir. Lihat peta di bawah ini

Peta menuju ke Pulau Kemaro, Palembang (klik untuk memperbesar gambar)
Sebulan sebelum lebaran, saya pernah ditawari sama tukang ketek di Dermaga 16 Ilir bawah Ampera jika mau ke Pulau Kemaro cukup membayar Rp150.000,- saja. Jika penumpangnya banyak (lebih sepuluh), biayanya bertambah menjadi Rp200.000,-. Waktu lebaran lalu, saya dapat informasi biaya bisa mencapai Rp300.000,- hingga Rp400.000,-.

Dan kemarin (24/07), kami naik ketek dari Dermaga Feri PT Pusri, Lr. Syailendra Plaju dengan ongkos sewa ketek Rp150.000,- untuk 7 orang (termasuk bayi) pulang-pergi. 

Ketek Sungai Musi (Foto pribadi)

Keberadaan Pulau Kemaro Berawal dari Sebuah Legenda 

Keberadaan Pulau Kemaro berkaitan erat dengan sebuah legenda yang mengatakan bahwa delta ini muncul sebagai bukti cinta Putri Siti Fatimah (putri Raja Sriwijaya) kepada kekasihnya. Kisahnya mirip dengan Romeo dan Juliet, atau Sampek Eng Tay, atau Qais dan Laila, atau Syahrini dan Anang (eh) .....

Legenda ini dimulai pada akhir abad ke-14 ketika seorang pangeran dari Cina, Tan Bu An, datang ke Palembang untuk belajar. Setelah tinggal di sini selama beberapa waktu, ia jatuh cinta dengan putri Siti Fatimah. Dia kemudian datang ke istana untuk melamarnya. Orangtua Siti Fatimah memberikan persetujuan namun dengan satu syarat; Tan Bu An harus memberikan hadiah.

Tan Bu An kemudian mengutus bawahannya untuk kembali ke China dan meminta semacam hadiah dari ayahnya untuk diberikan kepada Raja. Segera setelah itu, utusan itu kembali dengan sayuran dan buah-buahan. Tan Bu An terkejut dan marah karena ia berharap ayahnya memberikan guci Cina, keramik dan uang.

Dia melemparkan muatan kapal tersebut ke Sungai Musi, dia tidak tahu bahwa sebenarnya  ayahnya menaruh uang di dalam sayuran dan buah-buahan tersebut. Karena dia malu setelah mengetahui tentang kesalahannya, dia mengumpulkan yang telah dibuangnya ke sungai dan Tan Bu An tidak pernah kembali lagi karena ia tenggelam bersama dengan sayuran dan buah-buahan tersebut.

Ketika Siti Fatimah mendengar tentang tragedi itu, dia berlari ke sungai dan menenggelamkan diri untuk mengikuti kekasihnya. Sebelum itu, dia meninggalkan pesan: "Jika Anda melihat sebuah pohon tumbuh di sebidang tanah di mana aku tenggelam, ini akan menjadi pohon cinta kita".

Sang putri kemudian tenggelam dan kemudian sebidang tanah muncul di permukaan sungai. Masyarakat setempat percaya bahwa ini adalah makam pasangan kekasih tersebut dan karena itu, mereka menyebutnya "Pulau Kemaro" yang berarti meskipun air pasang di Sungai Musi, pulau ini akan selalu kering.

Objek Wisata di Pulau Kemaro

Pulau Kemaro adalah tempat yang sangat spesial bagi etnis Tionghoa lokal. Di pulau ini, ada pagoda dan kuil-kuil. Etnis Tionghoa setempat percaya bahwa nenek moyang mereka, Tan Bun An, tinggal di pulau ini. Oleh karena itu, daerah ini selalu ramai selama Tahun Baru Cina (Imlek). Pada tahun 2006, pagoda dibangun sebagai tempat ibadah dan untuk acara lainnya.

Jadi bila kita berkunjung ke pulau ini, objek utama yang akan lihat ya Pagoda dan Kuil Tionghoa. Kita bisa berfoto langsung cetak dengan latar Pagoda di sini dengan biaya Rp10.000,- per lembar.

Pagoda Pulau Kemaro (palembang.go.id)

Kuil Pulau Kemaro (Foto pribadi)

Penjual makanan dan minuman (Foto pribadi)

Suasana di Pulau Kemaro (Foto pribadi)
Pulau Kemaro (Foto pribadi)
PT Pupuk Sriwijaya PUSRI (Foto pribadi)
Kekurangan Berwisata di Pulau Kemaro

Hal yang sepele namun membuat ketidaknyamanan di sini adalah WC. Bangunannya ada, permanen lagi. Namun air terbatas dan banyak sampah! Dan bagi seorang Muslim, tidak bisa berlama-lama di sini apalagi pas waktu shalat. Soalnya tidak ada masjid atau mushala, yah namanya juga lokasi kuil dan pagoda!

About the Author

Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.

Posting Komentar

Silakan memberikan saran, masukan, atau tanggapan. Komentar Anda akan saya moderasi terlebih dahulu. Tautan aktif sebaiknya tidak dipasang dalam komentar. Dan, mohon maaf, komentar Anda mungkin tidak segera saya balas, karena kesibukan dan lain hal. Terima kasih :)
---Kosim Abina Aziyz
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.