Menjadi seseorang bukan perokok merupakan anugerah: suka udara bersih, anti bau-bauan, dan bertanggung jawab terhadap keuangan. Memang, tidak membeli rokok tidak menjadikan saya kaya, namun setidaknya saya tidak membakar uang dengan sia-sia. Lebih baik uang itu saya belikan susu anak, martabak untuk istri, atau beli pulsa untuk internetan. Jelas lebih bermanfaat!
Terkadang, saya harus menemui keadaan yang memaksa saya bergaul dengan asap s*alan. Rasanya seperti berada di atas pohon, di tengah hutan yang sedang kebakaran. Sesak, pengap, bau, dan mata nanar. Aaaarrrrggghhhhh .... ! Jujur, saya lebih suka dilumuri asap dari bakaran sate ayam atau kambing, sambil menahan air liur meleleh daripada asap rokok yang .... ampun dah!
Derita kaum bukan perokok akan menemui waktunya ketika....
1. Kondangan
Saat mendapat undangan dari tetangga dengan level satu dusun saya mesti bersiap untuk hal ini: diasapi!
Jika sudah begini, saya akan memilih tempat dekat jendela jika berada di dalam ruangan. Atau sekalian memilih duduk di luar ruangan di mana intensitas asap berkurang. Di tempat kondangan, jangan berharap para perokok akan berhenti mengebulkan asap dari mulutnya. Dan jangan berharap adanya udara segar bagi kaum bukan perokok. Untungnya ada kompensasi di tempat kondangan: ayam goreng, ikan bakar, dan makanan enak lainnya.
2. Angkutan umum non-AC
Berada di angkutan umum, harus bersiap menemui kepulan asap rokok. Jika ketemu, jurus tengok keluar jendela atau tahan nafas sejenak harus dilakukan. Sambil berharap si perokok segera turun dari kendaraan atau saya yang segera turun duluan. Soalnya para perokok tidak punya kepedulian dan sense of fresh air (eh, ngomong opo to?)
Begitulah dua tempat di mana kaum bukan perokok akan menderita, sambil bergumam "mana, mana udara segar?"