Bagi orang beriman, tujuan dari berpuasa Ramadhan akan menjadi –dengan izin Allah- muttaqien. Yang menjadi pertanyaan, apakah “takwa” yang menjadi sifat dari “Muttaqien” itu sesuatu yang abstrak? Derajat ketakwaan sesesorang hanya Allah Ta’ala Yang Tahu. Namun demikian, al-Quran dalam Surat Al-Baqarah ayat 3-4 menerangkan ciri-ciri dari “Muttaqien”
الم -١- ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ -٢- الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ -٣- والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ -٤- أُوْلَـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -
الم -١- ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ -٢- الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ -٣- والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ -٤- أُوْلَـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -
Alif Lam Miem. Inilah al-Kitab (al-Quran), tidak ada keraguan di dalamnya, merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (Ayat 1-2)
Orang bertakwa yang bagaimana? Ciri-cirinya diterangkan dalam ayat selanjutnya
1. (Yaitu) Orang-orang yang beriman kepada yang gaib,
2. mendirikan shalat, dan
3. menginfakkan sebagian rezeki yang Kami Berikan kepada mereka (Ayat 3)
Alladzīna yu’minūna bil ghaibi ([yaitu] orang-orang yang beriman kepada yang gaib), yakni kepada hal-hal gaib, seperti: jin, neraka, shirāth, mizan, kebangkitan, hisab, dan lain-lain. Pendapat lain mengatakan, alladzīna yu’minūna bil . ghaibi , yakni orang-orang yang beriman pada apa yang Dia Turunkan, yaitu al-Quran, dan pada apa yang tidak Dia Turunkan. Dan ada pula yang mengatakan, al -ghaib adalah Allah swt..
Wa yuqīmūnash shalāta (dan mendirikan shalat), yakni menyempurnakan shalat lima waktu, baik wudu, rukuk, maupun sujudnya, dan apa saja yang ditentukan dalam shalat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan.
Wa mimmā razaqnāhum yuηfiqūn (dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami Berikan kepada mereka), yakni mereka menyedekahkan sebagian harta yang telah Kami Berikan kepada mereka. Pendapat lain mengatakan, wa mimmā razaqnāhum yuηfiqūn (dan menunaikan zakat harta mereka). Mereka adalah Abu Bakr ash-Shiddiq dan teman-temannya.
Alladzīna yu’minūna bil ghaibi ([yaitu] orang-orang yang beriman kepada yang gaib), yakni kepada hal-hal gaib, seperti: jin, neraka, shirāth, mizan, kebangkitan, hisab, dan lain-lain. Pendapat lain mengatakan, alladzīna yu’minūna bil . ghaibi , yakni orang-orang yang beriman pada apa yang Dia Turunkan, yaitu al-Quran, dan pada apa yang tidak Dia Turunkan. Dan ada pula yang mengatakan, al -ghaib adalah Allah swt..
Wa yuqīmūnash shalāta (dan mendirikan shalat), yakni menyempurnakan shalat lima waktu, baik wudu, rukuk, maupun sujudnya, dan apa saja yang ditentukan dalam shalat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan.
Wa mimmā razaqnāhum yuηfiqūn (dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami Berikan kepada mereka), yakni mereka menyedekahkan sebagian harta yang telah Kami Berikan kepada mereka. Pendapat lain mengatakan, wa mimmā razaqnāhum yuηfiqūn (dan menunaikan zakat harta mereka). Mereka adalah Abu Bakr ash-Shiddiq dan teman-temannya.
Baca juga: Transliterasi Seketika Latin-Arab: Mengetik Huruf “Ahmad” yang Muncul Huruf أحمد
4. Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan apa-apa yang telah diturunkan sebelummu, serta 5. mereka pun yakin terhadap akhirat (Ayat 4)
Wal ladzīna yu’minūna bimā uηzila ilaika (dan orang-orang yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu), yakni al-Quran.
Wa mā uηzila ming qablika (dan apa-apa yang telah diturunkan sebelummu), yakni kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi.
Wa bil ākhirati hum yūqinūn (serta mereka pun yakin terhadap akhirat), yakni mereka membenarkan adanya kebangkitan sesudah mati dan kenikmatan di dalam surga. Mereka adalah ‘Abdullah bin Salam dan teman-temannya.
Wal ladzīna yu’minūna bimā uηzila ilaika (dan orang-orang yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu), yakni al-Quran.
Wa mā uηzila ming qablika (dan apa-apa yang telah diturunkan sebelummu), yakni kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi.
Wa bil ākhirati hum yūqinūn (serta mereka pun yakin terhadap akhirat), yakni mereka membenarkan adanya kebangkitan sesudah mati dan kenikmatan di dalam surga. Mereka adalah ‘Abdullah bin Salam dan teman-temannya.
Mereka itulah yang tetap berada pada hidayah dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (Ayat 5)
Ulā-ika (mereka itulah), yakni para pemilik sifat tersebut.
‘Alā hudam mir rabbihim (yang tetap berada pada hidayah dari Rabb mereka), yakni berada dalam kemuliaan, rahmat, dan penjelasan dari Rabb mereka.
Wa ulā-ika humul muflihūn (dan merekalah orang-orang yang beruntung), yakni orang-orang yang selamat dari murka dan azab. Pendapat lain mengatakan, merekalah orang-orang yang meraih apa yang mereka cari, serta selamat dari keburukan yang mereka jauhi. Mereka adalah pada shahabat Nabi Muhammad saw.
Ulā-ika (mereka itulah), yakni para pemilik sifat tersebut.
‘Alā hudam mir rabbihim (yang tetap berada pada hidayah dari Rabb mereka), yakni berada dalam kemuliaan, rahmat, dan penjelasan dari Rabb mereka.
Wa ulā-ika humul muflihūn (dan merekalah orang-orang yang beruntung), yakni orang-orang yang selamat dari murka dan azab. Pendapat lain mengatakan, merekalah orang-orang yang meraih apa yang mereka cari, serta selamat dari keburukan yang mereka jauhi. Mereka adalah pada shahabat Nabi Muhammad saw.
Artikel terkait: 6 (Enam) Ciri Orang Bertaqwa Menurut QS Ali Imran:134-135.
Rujukan terjemah dan tafsir : Al-Kalam, Penerbit Diponegoro,