Ini sebuah pengalaman pribadi ketika bermain bersama si kecil yang berusia 5 tahun: bercerita. Bapak mertua saya, seorang pelaut dari Sulawesi. Kapalnya masih pakai layar, bukan kapal motor. Maklum hidup di zaman dulu. Beliau biasa berlayar dengan rekan satu timnya dari Sulawesi sampai ke Tawau (Malaysia) dan ke Jawa. Kapal phinisinya memuat komoditas seperti kopra.
Saya ingin mengenalkan Beliau kepada si kecil. Teringat lagu anak yang berjudul "Nenek Moyangku, Seorang Pelaut", saya berpikir, wah kayaknya lagu ini 'match' dengan tema cerita dan bagus untuk dinyanyikan bersamanya. Nyanyinya pakai gaya 'a capella', tanpa iringan musik.
Saya ingin mengenalkan Beliau kepada si kecil. Teringat lagu anak yang berjudul "Nenek Moyangku, Seorang Pelaut", saya berpikir, wah kayaknya lagu ini 'match' dengan tema cerita dan bagus untuk dinyanyikan bersamanya. Nyanyinya pakai gaya 'a capella', tanpa iringan musik.
Dan ini lirik dari lagu "Nenek Moyangku, Seorang Pelaut" karya Ibu Sud
"Nenek moyangku, orang pelaut,
gemar mengarung, luas samudera
menerjang ombak, tiada takut
menempuh badai, sudah biasa
angin bertiup, layar terkembang
ombak berdebur, di tepi pantai
pemuda b'rani, bangkit sekarang
ke laut kita, beramai-ramai."
ini videonya
Setelah bernyanyi, jadi mudah menerangkannya. Dan, setelah saya pikir lebih lanjut, lagu nampaknya bisa mempengaruhi karakter anak-anak. Seperti kita ketahui, anak-anak mempunyai kesukaan berfantasi dan mengidentifikasi diri. Sebagai contoh, mereka senang meniru apa-apa yang ada di sekitarnya: film, gaya bicara orang tua, tingkah orang dewasa, dan seterusnya.
Kapal Phinisi (Kaskus.co.id) |
Berkaitan lagu di atas, ada beberapa hal yang bisa diperkenalkan kepada si kecil bahwa biasa menghadapi ombak dan badai serta sifat berani ada pada diri seorang pelaut seperti kakeknya itu. Dan saya berharap karakter seperti ini bisa dijadikan identifikasi diri pada diri si kecil, bukan karakter shinchan dan sejenisnya.
Hal lain, cobalah kita perhatikan lirik lagu Peterpan "...pikiranku, tak dapat aku mengerti, kaki di kepala, kepala di kaki..." atau lagu-lagu underground yang suka 'memberontak', atau dangdut koplo di mana penyanyinya juga tak kurang koplonya.
Lagu dengan genre tertentu, sekaligus juga membawa budaya bawaan yang khas: fashion, gaya hidup, dan bahasa. Kita ambil contoh, aliran punk. Punk bukan hanya musik, ia juga fashion dengan ciri tata rambut, asesoris dan pakaian yang khas; gaya hidup yang bebas dan mandiri, punya slogan yang "nggilani": punk never dies.
Atau kita lihat 'karakter' lagu dangdut koplo; fashion semi porno bahkan sudah ada yang real porn dengan gaya hidup 'kampungan'. Ini artinya bahwa 'lagu' bisa membentuk karakter seseorang.
Yang paling ideal bagi si kecil -tentu saja- adalah bacaan Quran, yang dibaca merdu sesuai tajwid dan makhorijul huruf-nya. Dan diterangkan pula apa kandungannya.
Ini adalah sebuah upaya membentuk karakter anak. Dan semoga sebagai orang tua kita bisa memberi teladan. Amien.