Bangsa Indonesia adalah bangsa pelaut. Nenek moyang yg mulai berekspedisi dari Yunnan menuju Nusantara, menyusuri sungai dan mengarungi lautan. Sejarah mencatat adanya kerajaan-kerajaan maritim di Nusantara: Sriwijaya, Demak, Gowa-Tallo, Ternate, Tidore. Menarik untuk dikaji mengapa di kemudian hari bangsa ini menjadi berkultur agraris. Kecuali beberapa etnis, seperti Bugis, Makassar, Mandar dan Bajau.
Kasus di Jawa: banyaknya aktivitas vulkanis dan faktor sejarah banyaknya kerajaan Hindu berpusat di pedalaman, mungkin menjadi sebab penduduk Jawa berkultur agraris. Dan uniknya, terdapat bukti2 berupa ornamen di Candi Borobudur memperlihatkan adanya gambar perahu bercadik yg mengharuskan kita untuk mengakui bahwa bangsa kita adalah pelaut yg merupakan ciri dari budaya Melayu-Austronesia.
Sejarah juga mencatat adanya pasang-surut dan tarik menarik antara kultur maritim dan agraris. Ambil contoh, setelah mengarungi lautan dan mendiami pulau Jawa, nenek moyang beralih menjadi petani selama berabad-abad hingga berdiri kerajaan Majapahit. Kerajaan berarmada maritim kuat namun berkultur agraris. Saat Islam datang, muncullah kerajaan Demak sebagai kerajaan maritim yg kuat dan berpengaruh pada masanya. Demak pernah mengirim ratusan armadanya untuk menggempur Portugis di Malaka dan juga mengislamkan kerajaan Banjar.
Kebesaran maritim Demak berangsur-angsur hilang setelah pusat kerajaan berpindah ke pedalaman yakni Pajang. Lebih-lebih setelah pindah ke Mataram.
Saat Mataram dikuasai VOC merupakan masa terburuk bagi Jawa sebab VOC mulai mengeliminir sisa kultur bahari di daerah Pesisir Utara sebagai usaha blokade Tanah Jawa. Diskriminasi kultural juga dilakukan Mataram dengan menyebut daerah Pesisir dengan istilah "Mancanegari" yang artinya luar negeri, padahal masih di Jawa. Namun, alhamdulillah, Allah telah menjadikan etnis Bugis-Makassar sebagai suku pelaut yang tangguh. Ini dimungkinkan adanya pelabuhan Sombaopu sebagai pelabuhan transito.
Ironis kan, Indonesia yg dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.000 ribu pula, sebanding dengan Eropa, seandainya tidak punya suku pelaut yang tangguh dan pemberani.
-----------------------------------------------------------------
Ovi Mail: Available in 15 languages
http://mail.ovi.com
Warisan Bangsa yang Hilang?
About the Author
Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.