Ada seorang konsultan pendidikan di Kaltim, doktor alumnus Amerika menyatakan bahwa pesantren gagal membentuk karakter anak didiknya. Ia mengambil sampel di daerah Muara Badak, Kutai Kartanegara. Kasusnya adalah ia mengetes santri tentang dogma kebersihan. Secara teoritis mereka menguasainya dan belum pada implementasi. Bagusnya, dia memberi solusi, mencarikan donatur untuk beli pavingstone.
Yang jadi masalah adalah pernyataan bahwa pesantren gagal membentuk karakter. Ini belum jelas, apakah sifatnya umum atau kasuistik. Apalagi bila bandingannya Jepang atau Amerika. Dari sisi kebersihan dan disiplin, anak Jepang memang 'oke' tapi harus dilihat juga generasi Jepang mengidap free-sex dan satu lagi tingkat bunuh diri di Jepang tertinggi di dunia dan Amerika no.2. Jadi, tidak arif bila men-judge pesantren umumnya gagal seperti itu. Implisitnya, lembaga non-pesantren dianggap berhasil? Yang jadi pejabat suka korupsi, mismanagemen pemerintahan, itu lulusan mana? Pesantren? Tentu saja pernyataan ini salah, sebab tidak semua alumnus non-pesantren bejad. Yang jelas, doktor tadi juga harus arif membuat pernyataan. Kemerdekaan bangsa ini juga ditopang oleh para santri. Astaghfirullah!
-----------------------------------------------------------------
Ovi Mail: Get mail on your mobile or the web
http://mail.ovi.com
Pesantren Gagal Membentuk Karakter?
About the Author
Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.