Generasi terdahulu mungkin tidak membayangkan perkembangan dunia -utamanya teknologi informasi- akan seperti ini, termasuk saya di dalamnya. Dulu untuk berkomunikasi antar pulau, misal kirim kabar, kartu ucapan, dsj mengandalkan jasa perposan. Ini memakan waktu berhari-hari bahkan pekan. Paling hebat nelpon SLJJ, itupun mesti cari waktu agak malam biar ada diskon. Tapi telepon kabel belum massif penggunaannya hanya di kota saja.
Akhir 90-an, mulai diperkenalkan telepon selular. Sayang, harga SIMcardnya berkisar hingga 7 digit. Dengan tampang ponsel model balok. Masa ini ponsel masuk wilayah sbg barang me-WAH.
Kini, ponsel sudah dimiliki oleh semua golongan dari kategori basic phone hingga smart phone. Ditunjang harga SIMcard yang terjangkau dan kompetitif. Sehingga akses komunikasi sudah menjangkau dari ibukota hingga daerah terpencil. Ini salah satu dari 'berkah' teknologi.
Tapi, ada juga yang skeptis sebab teknologi ini dianggap turut berperan dalam proses dekadensi moral. Ini tak lepas dari fungsi multimedia yg dimiliki oleh ponsel yg bisa menyimpan grafik, suara maupun audio-visual. Namun, pisau dapur pun selain untuk motong sayur, bisa untuk sarana killing. Jadi, tergantung pada orangnya bukan pada benda. Perkembangan ponsel selanjutnya, diprediksi akan kembali menjadi alat komunikasi kembali seperti semula. Hal ini ditandai dengan kemampuan ponsel mengakses internet, push e-mail, blogging dan tentu saja SMS dan menelpon. Everywhere, everytime. Whenever, whoever. Dan ternyata tarifnya juga terjangkau. Kirim e-mail ke blog dengan jumlah 1.000 karakter memakan pulsa di bawah Rp 10,-, pake kartu Mentari. Internetan juga murah, apalagi kalau pake Opera Mini+kartu Mentari (Rp 1,-/kb). Sayangnya penggunaan jaringan GPRS/EDGE untuk email-an belum memasyarakat.
--------------------------------------------------------------
Ovi Maps: Guides to 15 million popular places
http://maps.ovi.com
Postingan