Banjir di Samarinda
Konon tanggal 22 Maret merupakan hari air se-dunia. Masalah yang dihadapi warga Kaltim utamanya Kutai Kartanegara dan Samarinda juga Kutai Barat, nberkenaan dengan air adalah seringnya terjadi banjir bila hujan tiba.
Intensitas hujan yang turun, saya kira, dari jadul hingga kini, tetap saja volumenya, sama. Tapi mengapa baru hujan berapa jam sudah terjadi banjir (kasus di Samarinda)di zaman sekarang. Sempaja, tempat saya tinggal dulu tahu 1995-2004, kalau hujan lebat paling-paling parit nggenang. Sekarang, masya Allah!
Ada beberapa alasan mengapa bisa seperti ini:
1. Hutan primer di ulu mahakam cq. kutai barat sudah habis, tinggal yang sekunder saja. Siapa lagi kalau bukan pemegang HPH yang menghabiskan. Yang menikmati, cuma segelintir orang pemilik modal. Pribumi umumnya sekedar jadi buruh yang hanya cukup untuk makan saja.
2. Sudah begitu hutan habis, sekarang malah sedang diadakan eksploitasi batubara secara massif. Disinyalir ada perselingkuhan antara kapitalis (baca investor dan pemegang kebijakan). Pertambangan yang diusahakan adalah model terbuka yaitu pengupasan tanah pada lahan-lahan KP, akibatnya kerusakan lingkungan yang parah. Di Sendawar tempat saya tinggal kini terasa mulai memanas.
3.Alih fungsi lahan. Sudah bukan rahasia lagi kalau Kaltim adalah daerah kaya, ia menyumbang 218 triliun rupiah ke pusat per tahun. Sehingga terjadi apa kata pepatah "ada gula ada semut". Banyaknya manusia memaksa diadakannya perumahan. Yang jadi masalah banyak perumahan didirikan di atas rawa-arawa yang merupakan tempat penyerapan air. rawa-rawa banyak ditimbun , kalau hujan mau lari ke mana itu air? Akhirnya ya banjir.
Sebetulnya, untuk mengatasi perkara ini Allah sudah begitu Maha Adilnya. Di pulau yang banyak rawanya ini (bahasa lokal: rapak)ditumbuhi pohon yang konon cuma ada di Sumatera dan Kalimantan,yaitu pohon Ulin, kayu besi bilang orang Jawa. Membuat rumah di atas rawa bila pakai ulin adalah tidak masalah justru makin membuat bertambah kuatnya kayu tersebut. Yang jadi masalah lagi adalah kayunya juga sudah mulai habis (point #1) apalagi sau biji pohon ulin memerlukan 9 bulan untuk tumbuh tunas, bisa dibayangkan bila sudah besar, berapa ratus tahun!